Tuesday 8 September 2015

Anang Ma'ruf dan Rotasi Roda Nasib

Nasib orang siapa yang tahu, karena roda kehidupan akan terus berputar. Kadang di atas, kadang pula di bawah. Setelah masa kejayaan sebagai pesepakbola telah habis, seorang Anang Ma'ruf harus membangun kariernya lagi dari nol. Selain melatih tim sepakbola Simo United, Anang juga bekerja sampingan sebagai tukang ojek.

Sosok Anang mendadak gempar di media sosial akhir-akhir ini. Ia nampak mengenakan jaket hijau-hitam. Rupaya Anang telah beralih profesi sebagai pengemudi ojek di bawah naungan Go-Jek. Banyak berita yang mengatakan bahwa Anang menjadi tukang ojek karena kisruh sepakbola yang tengah terjadi di sepakbola nasional.

Anggapan bisa saja diperdebatkan. Namun Anang Ma'ruf memiliki alasan tersendiri mengapa dirinya beralih profesi menjadi tukang ojek. Faktor ekonomi menjadi masalah klasik, itu pula yang dialami oleh Anang saat ini. "Usaha saya bangkrut, sehingga saya harus memulai dari nol," ungkap mantan bek kanan terbaik milik Persebaya ini seperti yang dilansir Detik.com.

Di tengah aktifitas mengojek, Anang masih aktif sebagai pelatih di SSB Simo United. "Melamar menjadi pengemudi Go-jek adalah pilihan terbaik bagi saya. Karena kalau jadi pegawai, tentunya banyak memakan waktu dan tak bisa melatih," beber pemain yang identik dengan nomor punggung 15 tersebut.

Banyak kawan yang kaget melihat Anang menjadi tukang ojek. Sebab sepengetahuan penulis, Anang adalah sosok yang sederhana dan tidak neko-neko. Semasa menjadi pemain Persebaya, Anang selalu datang ke Mess Karanggayam dengan mengedarai motor keluaran tahun 90an. Padahal saat itu mayoritas pemain sudah memarkir mobil mewah di pelataran mess.

Anang juga bukan tipikal pemain yang doyan foya-foya atau sekadar nongkrong dengan koleganya di lapangan hijau. Belum kering ingatan penulis ketika Anang masih membela Persebaya pada tahun 2009 lalu. Usai melakoni play off lawan PSMS Medan di Stadion Siliwangi, Bandung, Anang langsung pulang ke Surabaya. Rupanya ia sudah dijemput istri tercintanya.

Maka pulang lah Anang ke Surabaya. Padahal saat itu para penggawa Persebaya lainnya memilih jalan-jalan di Bandung. Bila ditarik garis besar, Anang merupakan sosok pesepakbola yang sangat sederhana. Dari Anang, para pesepakbola muda harusnya belajar untuk mempersiapkan masa depannya sedini mungkin.

Bukan rahasia lagi bahwa banyak pesepakbola Indonesia sering jatuh miskin ketika masa keemasanya telah memudar. Karena tak punya keahlian di bidang lain, mereka terpaksa bekerja serabutan. Bahkan ada pula mantan pesepakbola yang akhirnya menjadi penghubung dari bandar judi, alias menjadi pelaku pengaturan skor.

Anang masih termasuk kategori beruntung karena menjadi tukang ojek di bawah naungan Go-Jek. Apalagi seperti yang diberitakan banyak media nasional, gaji tukang ojek Go-Jek minimal Rp 3 juta sampai Rp 4 juta. Jumlah yang cukup lumayan, paling tidak sudah cukup untuk menghidupi anak istri sehari-hari. Menjadi tukang ojek pun tak apa, yang penting itu pekerjaan halal, bukan?(faw)

Bola.net, 4 September 2015