Saturday 1 August 2015

Pagi ini dan Cerita Tentang BS

Pagi masih sangat buta kala salah seorang teman dari Ibu Kota mengirimkan sebuah pertanyaan via Blackberry Messenger (BBM). Kawan karib yang saya kenal di Hanoi, Vietnam tersebut bertanya singkat, "Siapa BS itu, Le?" Belum sempat saya memberikan jawaban, dia kirim pertanyaan kedua, "Katanya dia dari Jawa Timur. Dirimu ngerti ora?"

Saya kemudian menyodorkan sejumlah nama sesuai dengan inisial tersebut. Nama-nama yang saya kenal atau sekadar tahu saja. Kesemuanya berasal dari Jawa Timur. Kami kemudian melakukan perbincangan singkat. Kami hanya bisa menerka tanpa dan menduga saja. Tanpa tahu siapa sebenarnya BS yang namanya sedang tenar di media massa tersebut.

Oh iya, sekadar tahu saja. Nama BS menjadi bahan pembicaraan ketika ia menjadi saksi dari sejumlah kasus suap yang melanda sepakbola Indonesia. Bahkan menurut surat kabar yang saya baca pagi ini, sejumlah tokoh sepakbola Indonesia, sudah pernah menjadi klien BS. Pengakuan BS kini sudah masuk dalam berkas Bareskrim Mabes Polri.

Back to the story, jam menunjukkan pukul 08.00, itu artinya saya harus besiap memulai aktifitas. Namun sebuah petikan tembang rancak dari Disk Jockey (DJ) asal Swedia, Aviici menggema di ruangan. Oh ternyata Lumia kuning saya berdering. Dari layar smartphone, tertulis sebuah nama mantan pesepakbola asal Surabaya.

"Tumben pagi-pagi sudah telepon," gumam saya. Kami lalu berbincang. Dan bisa ditebak, topik perbincangan kami tentu saja soal si BS tadi. Menurut penuturan kawan saya ini, ada tiga nama yang diduga sebagai BS. Ketiga BS yang disebutkan olehnya, merupakan mantan pemain sepakbola. BS pertama adalah eks pemain dan pelatih sebuah klub asal Sumatera.

BS kedua adalah mantan pesepakbola yang saat ini sedang menukangi sebuah klub Divisi Utama. Sedangkan BS yang ketiga adalah eks penggawa Timnas Indonesia jaman lawas. Dari ketiga BS tersebut, kencenderungan lebih kepada BS yang pertama. Kebetulan kawan saya ini mengaku tahu sepak terjangnya di sepakbola nasional.

Saya kemudian dijelaskan berbagai hal-hal yang menurutnya merupakan rahasia di dunia sepakbola Indonesia. Menurut karib saya ini, BS merupakan transporter. Ia adalah penghubung antara bandar dengan klub. Meski ragu jika BS juga 'bermain' sampai dengan level Timnas, tapi ia tak menampik bahwa mafia bola memang ada.

Mereka nyata. Namun sifatnya seperti udara. Udara bisa dirasa oleh semua indera. Kecuali mata. Itu karena udara memang kasat mata. Begitu pula mafia sepakbola. Usai bicara panjang lebar, muncul kekhawatiran jika pengakuan BS ini bakal menjadi angin lalu saja, sama halnya dengan kasus Pusamania Borneo FC dengan Johan Ibo.

Berbicara mengenai mafia sepakbola, Indonesia nampaknya harus belajar dari Vietnam. Negeri yang kualitas Timnasnya sudah jauh meninggalkan Indonesia tersebut, sebenarnya pernah berhadapan dengan masalah yang serupa. Bedanya, federasi sepakbola Vietnam berani menggandeng pihak kepolisian untuk membereskan dagelan sepakbola di negerinya.

Sedangkan di Indonesia, kita sudah tahu semua bagaimana reaksi dan sikap PSSI ketika kasus Johan Ibo mencuat. Sampai dengan detik ini, tak ada tindakan konkret dan serius dari PSSI untuk membereskan masalah tersebut. Padahal, seingat saya sih, PSSI pernah mengungkapkan bahwa mereka sudah menjalin kerjasama dengan Sportradar untuk memberangus mafia bola. Hasilnya?

Well, sang surya sudah meninggi. Waktunya beraktifitas. Selamat pagi BS. Sepakbola Indonesia, sehat?

17 Juni 2015