Saturday 1 August 2015

BNI Membanggakan Bangsa Lewat Bola Voli

Gubernur Jawa Timur (Jatim), Soekarwo dalam sebuah kesempatan pernah berujar, "Hanya ada dua momen dimana bendera Merah Putih dikibarkan dan Indonesia Raya berkumandang di luar negeri. Pertama, ketika kunjungan kenegaraan oleh Presiden Republik Indonesia. Kedua, ketika atlet kita bermain dan menjuarai sebuah pertandingan atau event olahraga di luar negeri.

Dari pernyataan Soekarwo tersebut kita bisa belajar bagaimana pentingnya olahraga. Olahraga bukan sekadar kepentingan menang atau kalah. Bukan melulu masalah medali apa, serta bonus yang akan didapatkan. Namun melalui olahraga, kita akan berpikir serta berjuang bagaimana caranya mengharumkan nama bangsa di dunia internasional. Mengangkat derajat bangsa melalui keringat yang membanjiri arena pertandingan.

Ambil contoh Jamaika. Banyak yang mengenal negara ini sebagai tanah kelahiran musik reggae. Jamaika juga masyhur dengan legenda musik dunia, Bob Marley. Tapi sebagai dewa reggae, Marley -menurut saya - masih kalah dibanding pelari jarak pendek tercepat di dunia, Usain Bolt. Sebagai atlet, Bolt bukan hanya membesarkan negaranya di kancah dunia, fans berat Mancester United ini sekaligus menjadi inspirasi anak muda di Jamaika. Inilah yang menjadi pembeda antara Marley dengan Bolt.

Di tengah kondisi Jamaika yang masih dilanda kemiskinan, Bolt membuat hampir semua anak di negaranya bermimpi ingin mengangkat hajat hidup keluarganya dengan menjadi bintang lari. Bolt menanamkan sebuah menih yang sangat berharga, yakni harapan. Mereka, anak-anak muda di Jamaika, seolah berkata, “Kalau Bolt saja bisa sukses dan kaya raya karena olahraga, maka saya pun bisa.” Tak heran bila pembinaan olahraga, khusunya lari jarak pendek di Jamaika semakin gencar dilakukan. Nama Jamaika pun semakin harum. Bersama Kenya, mereka dikenal sebagai penguasa olahraga atletik, khususnya nomor lari.

Indonesia memang tidak memiliki pelari macam Bolt. Tapi Indonesia memiliki banyak maestro di bidang olahraga yang mampu menjadi inspirasi anak muda, sama seperti Bolt. Kita punya Rudy Hartono, Liem Swie King, Taufik Hidayat serta pasangan suami istri Alan Budikusuma dan Susi Susanti yang mengilhami ratusan ribu pebulutangkis di Indonesia. Indonesia juga bangga karena melahirkan petinju-petinju kelas dunia seperti Chris John dan Ellyas Pical. Jika bicara sepakbola, maka sosok Bambang Pamungkas layak menjadi panutan. Baik atas penampilannya di lapangan hijau, maupun kejeniusannya yang tertuang lewat sejumlah tulisan dan buku.

Dunia bola voli Indonesia pun memiliki panutan bernama Loudryans Arian Maspaitella, atau yang akrab disapa Loudry Maspaitella. Mungkin banyak yang asing dengan nama legenda hidup tim Jakarta BNI 46 ini. Maklum, dibanding Alan, Bambang atau Chris John, Loudry jelas kalah pamor. Namun untuk urusan mengharumkan negara, pria kelahiran Surabaya ini dijamin sama baiknya. Loudry adalah idola bagi pemain voli manapun yang ada di Indonesia. Dia adalah tosser yang handal, cerdik dan otak permainan timnya. Kalau boleh saya kata, tak ada tosser yang sebaik Loudry hingga dewasa ini.

Jika KH Mustofa Bisri (Gus Mus) mengidentikkan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan salah satu partai politik tertentu, maka saya akan menyebut Loudry identik dengan Jakarta BNI 46. Loudry sudah menggapai banyak prestasi bersama Jakarta BNI 46. Setidaknya empat gelar juara Proliga telah  ia persembahkan untuk Jakarta BNI 46, di antaranya tahun 2003, 2005, 2006, dan 2010. Loudry juga membanggakan Indonesia dengan empat keping medali emas yang dipersembahkan dari multi-event dua tahunan, SEA Games.

Seperti yang sudah saya katakan, Loudry teramat identik dengan Jakarta BNI 46. Jadi akan sangat tidak etis jika saya mengulas prestasi Loudry tanpa berbicara banyak tentang peran BNI di bidang olahraga. Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, BNI merupakan satu di antara sedikit instansi, khususnya di bidang perbankan, yang peduli dengan dunia olahraga di negeri kita ini.

Jika kita ingat, dulu ada sebuah bank yang menjadi sponsor Liga Indonesia. Namun sifatnya hanya sementara. Hanya beberapa tahun saja. Beberapa waktu lalu, muncul pula bank swasta yang menjadi penyelenggara turnamen bulutangkis. Namun sekali lagi saya tegaskan, bahwa BNI berbeda dengan instansi atau bank-bank lain pada khususnya. Sebab BNI termasuk dalam kategori segelintir perusahaan yang konsisten membina olahraga.

Menurut pengamatan saya, sulit untuk menemukan instansi atau perusahaan yang sangat peduli dan konsisten membina olahraga seperti BNI. Sejak tahun 2002 lalu, BNI sudah menerjunkan tim bola voli di kancah Proliga dengan nama Jakarta BNI Phinisi. Jakarta BNI Phinisi lalu bertransformasi menjadi Jakarta BNI Taplus, untuk kemudian mantap menggunakan nama Jakarta BNI 46. Bila dikalkulasi, sudah 13 tahun BNI membina olahraga voli.

Jangan hitung soal prestasi. Selain melahirkan atlet bola voli terbaik Indonesia seperti Loudry Maspaitella, BNI juga menelurkan banyak atlet berkualitas yang nantinya akan mengikuti jejak Loudry, yakni menyuguhkan prestasi serta mengharumkan nama Bangsa Indonesia di kancah dunia lewat olahraga. Ada nilai plus lainnya. BNI turut menyediakan ladang pekerjaan bagi atletnya ketika memasuki masa pensiun kelak.

Lagi-lagi saya akan mencomot Loudry sebagai contohnya. Saat masih aktif bermain untuk Jakarta BNI 46 dan Timnas bola voli Indonesia, maupun ketika memasuki masa pensiun, Loudry sudah aktif di dunia Bank. Ia bahkan menduduki jabatan strategis di BNI. Sempat menjadi Kepala BNI Cabang Sidoarjo, kini suami R. Fortina Maulina Pasaribu didapuk sebagai Pemimpin BNI Kantor Cabang Jayapura. Loudry adalah contoh mantan atlet yang sukses. BNI juga layak menjadi contoh perusahaan yang sukses memberdayakan mantan atlet.

Well, begitu banyak peran BNI dalam dunia olahraga, khususnya bola voli. Entah sudah berapa Rupiah yang mereka keluarkan guna membina atlet bola voli, yang nantinya akan menyuguhkan prestasi untuk Indonesia. Melalui prestasi atlet binaan BNI, Bendera Merah Putih akan berkibar di luar negeri. Lewat atlet BNI pula, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di negeri orang. Terima kasih, BNI.