Tuesday 11 August 2015

Sarapan yang Hambar Bersama Evan Dimas



Ibu-ibu paruh baya dengan cekatan meletakkan empat piring nasi di kedua tangannya. Disodorkannya piring-piring itu kepada kami yang duduk di shaf kedua lapak soto daging miliknya. "Minumnya apa? Teh anget atau es teh?" tanya ibu itu. Seperti biasa, usai menuntaskan kewajiban liputan pagi di Lapangan SIER, penulis berserta beserta kawan jurnalis lainnya yang rutin mengintip latihan Persebaya, menghabiskan waktu santap sarapan di warung soto daging ini.

Akan tetapi, rasa soto daging hari ini tak senikmat biasanya. Terasa hambar di lidah. Seribu jurus sudah dilakukan. Mulai dari menambahkan sambal, kecap dan jeruk nipis. Tapi tetap saja rasa soto daging hari ini kurang maknyus. Dasar sudah terlanjut lapar, toh akhirnya habis juga. Hehehe. Di sela-sela makan, penulis beserta tiga rekan jurnalis berbincang tentang topik yang lagi nge-hits saat ini. Siapa lagi kalau bukan Evan Dimas.

Bak seorang detektif amatir, seorang kawan, sebut saja Tebe mencium aroma kejanggalan dalam proses trial Evan ke salah satu klub Spanyol. Bukti-bukti yang ia kumpulkan cukup logis. Satu di antaranya adalah ketidak jelasan klub yang akan dituju oleh pesepakbola asli Sidoarjo ini. Ia bicara panjang lebar tentang argumenya tersebut. Masuk akal memang. "Bukan suudzon, tapi sering liputan kriminal membuat saya terdidik seperti reserse," ucapnya reporter salah satu televisi nasional ini.

Sebelumnya, mari kita singkiran terlebih dulu asumsi tentang ketidakberesan di balik kesempatan yang diberikan kepada Evan untuk trial ke salah satu klub Spanyol. Kepergian Evan meninggalkan sedikit ganjalan di benak. Hemm, mungkin lebih tepat bila dianggap ada benang merah yang kusut, atau sengaja dibikin kusut, dalam proses keberangkatan eks kapten Tim Nasional (Timnas) U-19 ini ke Negeri Matador.

Kabar keberangkatan Evan ke Spanyol terungkap dalam sesi berlatih, Jumat (24/7/2015) pagi, atau tepat dua minggu yang lalu. Maklumat itu disampaikan oleh pelatih Ibnu Grahan di hadapan sejumlah pemain dan perangkat tim lainnya, sesaat sebelum latihan dimulai. Sontak nama Evan menjadi trending topic di kalangan rekan-rekannya. Evan sendiri tak hadir dalam latihan Jumat pagi itu. Mata ikan di telapak kaki mengganjal aktivitasnya.

Gagal menemui Evan di lapangan, penulis coba menghubunginya lewat sambungan telepon. Betapa terkejutnya penulis usai mendengar pengakuan Evab bahwa ia tak tahu tentang kesempatan trial tersebut. Awalnya penulis mengira bahwa Evan coba menyembunyikan kabar gembira ini. Tapi pemuda 20 tahun ini memiliki track record bagus. Evan dikenal sebagai pribadi yang pemalu dan jujur. Jadi, pengakuan Evan bahwa ia tak tahu akan ke Spanyol, bisa jadi memang benar adanya.

Nah, dari sejumlah fakta yang berkembang selama dua minggu ini, ada tiga poin yang membuat kepergian Evan ke Spanyol terasa janggal.

Pertama, Dirahasiakannya klub tujuan Evan. Mulai Jumat dua minggu lalu, hingga Jumat pagi ini, Gede Widiade selaku otak dibalik trial Evan di Spanyol, masih tidak mau membocorkan destinasi Evan. Dua minggu yang lalu, Gede beralasan bahwa pihak klub Spanyol menginginkan trial ini tak terlalu diekspose berlebihan. Jawaban berbeda disampaikan oleh Gede, Jumat (7/8/2015) dini hari tadi. Disodori pertanyaan serupa, Gede lagi-lagi berkelit. "Klub yang dituju ya klub yang mengundang, Mas," tulis Gede dalam pesan di Blackberry Messenger (BBM). "Mas, aku lupa beneran. Kalau kota tempat trial, aku coba cari," lanjut Gede.

Kedua, Evan tak tahu menahu tentang trialnya. Seperti yang sempat tertuang di atas, Evan sempat mengaku tak tahu bahwa ia akan terbang ke Spanyol untuk menjalani trial. Proses pengurusan visanya pun ternyata baru dilakukan minggu lalu. Bukan hanya itu, Evan juga tak tahu dimana ia akan trial nanti. Jebolan Mitra Surabaya ini buta tentang klub yang memberikan kesempatan untuk unjuk gigi. "Saya masih belum tahu juga, Mas," tulis Evan dalam BBM ke Beritajatim.com pagi ini. Pertanyaan besar pun muncul. Bagaimana Evan sampai tidak tahu klub yang akan dituju?

Sebagai pembanding, penulis coba bertanya ke Andik Vermansyah. Sebelum bergabung dengan Selangor FA pada tahun 2013 lalu, Andik sempat menjalani trial di Amerika Serikat bersama DC United, dan Jepang di Ventforet Kofu. Sebelum berangkat, Andik mengaku sudah diberi tahu oleh manajernya. Ia juga diminta untuk mempersiapkan diri. Dengan masa persiapan yang cukup, Andik diharapkan tampil maksimal selama trial. Hasilnya, Andik sebenarnya sudah diminta untuk bergabung dengan kedua klub tersebut. Tapi ia menolak dengan berbagai alasan, utamanya kedekatan dengan keluarga. Ia akhirnya memutuskan untuk menerima pinangan Selangor. Masalahnya, proses yang dilampaui Andik tidak terjadi pada Evan Dimas.

Ketiga, Trial Evan terkesan sangat mendadak. Evan sepertinya baru tahu kalau ia akan terbang ke Spanyol pada dua pekan yang lalu. Jelas ia tidak punya waktu persiapan yang cukup. Kondisi kebugaran Evan diragukan bisa mencapai 100 persen selepas masa istirahat tim Persebaya selama kurang lebih dua bulan. Dalam sebuah wawancara usai sesi berlatih Persebaya, Selasa (4/8/2015), Evan mengaku bahwa ia sebenarnya tidak siap ke Spanyol. "Sebenarnya belum siap. Tapi optimis saja. Bagi saya pribadi, kalau mau ke Eropa, paling tidak harus persiapan dulu. Sebab disana persaingannya sangat ketat. Pemainnya bagus-bagus," ungkap Evan.

Akhirnya, terlepas cerita apapun yang ada di baliknya, kepergian Evan ke Spanyol adalah alarm bagi bapak-bapak penguasa sepakbola Indonesia bahwa mereka sehaharusnya menyudahi konflik yang tak kunjung usai ini. Iba rasanya bila melihat bakat-bakat hebat sepakbola Tanah Air, harus terbengkalai dan bermain di turnamen antar kampung (tarkam). Oleh karena itu, Evan harus ‘diselamatkan’ dengan cara dibukakan kesempatan untuk merumput di luar Indonesia. Sebagai teman, penulis berharap Evan menuai kesuksesan di Spanyol. "Jangan pulang ke Indonesia, sebelum kau sukses di Eropa, Jeh!"

Beritajatim.com, 7 Agustus 2015 
http://beritajatim.com/sorotan/244658/sarapan_yang_hambar_bersama_evan_dimas.html#.Vch3ZrWzmao