Ibu-ibu paruh baya dengan cekatan meletakkan empat
piring nasi di kedua tangannya. Disodorkannya piring-piring itu kepada kami
yang duduk di shaf kedua lapak soto daging miliknya. "Minumnya apa? Teh
anget atau es teh?" tanya ibu itu. Seperti biasa, usai menuntaskan
kewajiban liputan pagi di Lapangan SIER, penulis berserta beserta kawan
jurnalis lainnya yang rutin mengintip latihan Persebaya, menghabiskan waktu
santap sarapan di warung soto daging ini.
Akan tetapi, rasa soto daging hari ini tak senikmat
biasanya. Terasa hambar di lidah. Seribu jurus sudah dilakukan. Mulai dari
menambahkan sambal, kecap dan jeruk nipis. Tapi tetap saja rasa soto daging
hari ini kurang maknyus. Dasar sudah terlanjut lapar, toh akhirnya habis
juga. Hehehe. Di sela-sela makan, penulis beserta tiga rekan jurnalis
berbincang tentang topik yang lagi nge-hits saat ini. Siapa lagi kalau
bukan Evan Dimas.
Bak seorang detektif amatir, seorang kawan, sebut saja
Tebe mencium aroma kejanggalan dalam proses trial Evan ke salah satu klub
Spanyol. Bukti-bukti yang ia kumpulkan cukup logis. Satu di antaranya adalah
ketidak jelasan klub yang akan dituju oleh pesepakbola asli Sidoarjo ini. Ia
bicara panjang lebar tentang argumenya tersebut. Masuk akal memang. "Bukan
suudzon, tapi sering liputan kriminal membuat saya terdidik seperti reserse,"
ucapnya reporter salah satu televisi nasional ini.
Sebelumnya, mari kita singkiran terlebih dulu asumsi
tentang ketidakberesan di balik kesempatan yang diberikan kepada Evan untuk
trial ke salah satu klub Spanyol. Kepergian Evan meninggalkan sedikit ganjalan
di benak. Hemm, mungkin lebih tepat bila dianggap ada benang merah yang kusut,
atau sengaja dibikin kusut, dalam proses keberangkatan eks kapten Tim Nasional
(Timnas) U-19 ini ke Negeri Matador.
Kabar keberangkatan Evan ke Spanyol terungkap dalam
sesi berlatih, Jumat (24/7/2015) pagi, atau tepat dua minggu yang lalu.
Maklumat itu disampaikan oleh pelatih Ibnu Grahan di hadapan sejumlah pemain
dan perangkat tim lainnya, sesaat sebelum latihan dimulai. Sontak nama Evan
menjadi trending topic di kalangan rekan-rekannya. Evan sendiri tak
hadir dalam latihan Jumat pagi itu. Mata ikan di telapak kaki mengganjal
aktivitasnya.
Gagal menemui Evan di lapangan, penulis coba
menghubunginya lewat sambungan telepon. Betapa terkejutnya penulis usai
mendengar pengakuan Evab bahwa ia tak tahu tentang kesempatan trial tersebut.
Awalnya penulis mengira bahwa Evan coba menyembunyikan kabar gembira ini. Tapi
pemuda 20 tahun ini memiliki track record bagus. Evan dikenal sebagai
pribadi yang pemalu dan jujur. Jadi, pengakuan Evan bahwa ia tak tahu akan ke
Spanyol, bisa jadi memang benar adanya.
Nah, dari sejumlah fakta yang berkembang selama dua
minggu ini, ada tiga poin yang membuat kepergian Evan ke Spanyol terasa
janggal.
Pertama, Dirahasiakannya klub tujuan Evan. Mulai Jumat dua
minggu lalu, hingga Jumat pagi ini, Gede Widiade selaku otak dibalik trial Evan
di Spanyol, masih tidak mau membocorkan destinasi Evan. Dua minggu yang lalu,
Gede beralasan bahwa pihak klub Spanyol menginginkan trial ini tak terlalu
diekspose berlebihan. Jawaban berbeda disampaikan oleh Gede, Jumat (7/8/2015)
dini hari tadi. Disodori pertanyaan serupa, Gede lagi-lagi berkelit. "Klub
yang dituju ya klub yang mengundang, Mas," tulis Gede dalam pesan di Blackberry
Messenger (BBM). "Mas, aku lupa beneran. Kalau kota tempat trial, aku
coba cari," lanjut Gede.
Kedua, Evan tak tahu menahu tentang trialnya. Seperti yang
sempat tertuang di atas, Evan sempat mengaku tak tahu bahwa ia akan terbang ke
Spanyol untuk menjalani trial. Proses pengurusan visanya pun ternyata baru
dilakukan minggu lalu. Bukan hanya itu, Evan juga tak tahu dimana ia akan trial
nanti. Jebolan Mitra Surabaya ini buta tentang klub yang memberikan kesempatan
untuk unjuk gigi. "Saya masih belum tahu juga, Mas," tulis Evan dalam
BBM ke Beritajatim.com pagi ini. Pertanyaan besar pun muncul. Bagaimana Evan
sampai tidak tahu klub yang akan dituju?
Sebagai pembanding, penulis coba bertanya ke Andik
Vermansyah. Sebelum bergabung dengan Selangor FA pada tahun 2013 lalu, Andik
sempat menjalani trial di Amerika Serikat bersama DC United, dan Jepang di
Ventforet Kofu. Sebelum berangkat, Andik mengaku sudah diberi tahu oleh
manajernya. Ia juga diminta untuk mempersiapkan diri. Dengan masa persiapan
yang cukup, Andik diharapkan tampil maksimal selama trial. Hasilnya, Andik
sebenarnya sudah diminta untuk bergabung dengan kedua klub tersebut. Tapi ia
menolak dengan berbagai alasan, utamanya kedekatan dengan keluarga. Ia akhirnya
memutuskan untuk menerima pinangan Selangor. Masalahnya, proses yang dilampaui
Andik tidak terjadi pada Evan Dimas.
Ketiga, Trial Evan terkesan sangat mendadak. Evan
sepertinya baru tahu kalau ia akan terbang ke Spanyol pada dua pekan yang lalu.
Jelas ia tidak punya waktu persiapan yang cukup. Kondisi kebugaran Evan
diragukan bisa mencapai 100 persen selepas masa istirahat tim Persebaya selama
kurang lebih dua bulan. Dalam sebuah wawancara usai sesi berlatih Persebaya,
Selasa (4/8/2015), Evan mengaku bahwa ia sebenarnya tidak siap ke Spanyol.
"Sebenarnya belum siap. Tapi optimis saja. Bagi saya pribadi, kalau mau ke
Eropa, paling tidak harus persiapan dulu. Sebab disana persaingannya sangat
ketat. Pemainnya bagus-bagus," ungkap Evan.
Akhirnya, terlepas cerita apapun yang ada di baliknya,
kepergian Evan ke Spanyol adalah alarm bagi bapak-bapak penguasa sepakbola
Indonesia bahwa mereka sehaharusnya menyudahi konflik yang tak kunjung usai
ini. Iba rasanya bila melihat bakat-bakat hebat sepakbola Tanah Air, harus
terbengkalai dan bermain di turnamen antar kampung (tarkam). Oleh karena itu,
Evan harus ‘diselamatkan’ dengan cara dibukakan kesempatan untuk merumput di
luar Indonesia. Sebagai teman, penulis berharap Evan menuai kesuksesan di
Spanyol. "Jangan pulang ke Indonesia, sebelum kau sukses di Eropa, Jeh!"
Beritajatim.com, 7 Agustus 2015
http://beritajatim.com/sorotan/244658/sarapan_yang_hambar_bersama_evan_dimas.html#.Vch3ZrWzmao